Academia.eduAcademia.edu
Media Akuakult ur, 12 (1), 2017, 1-9 Tersedia online di: ht t p://ejournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/ma KERAGAAN FENOTIPE IKAN TAM BAKAN (Helostoma temminkii, Cuvier 1829) JANTAN DAN BETINA GENERASI KEDUA HASIL DOM ESTIKASI Otong Zenal Arifin # , Wahyulia Cahyanti, Jojo Subagja, dan Anang Hari Kristanto Balai Riset Perikanan Bu didaya Air Tawar dan Penyu luhan Pe rikanan (Naskah dit erima: 8 M ei 2017; Revisi final: 21 Juli 2017; Diset uj ui publikasi: 21 Juli 2017) ABSTRAK Ikan tambakan be rpotensi dibudidayakan karena me miliki keunggulan seperti kemam puan beradaptasi terhadap perairan dengan kadar oksigen terlarut rendah dan tergolong ikan dengan nilai fekunditas yang tinggi. Penelitian untuk mengetahui keragaan fenotipe ikan tambakan hasil domestikasi telah dilakukan di Balai Riset Pe rikanan Budidaya Air Tawar dan Pe nyu luh an Perikanan , Bogo r. Tujuan dari pen elitian ini adalah unt uk mengkarakterisasi bentuk morfologi b erdasarkan morfomet rik, meristik, dan warna yang berguna dalam pengelolaan pembenihan dan budidaya ikan tambakan. Pengambilan data dilakukan melalui pengamatan bentuk tubuh dan genitalia ikan jantan dan betina, pengukuran bagian tubuh, penghitungan jumlah dan jenis jari sirip, linea lateralis, warna ikan dan morfometrik. Hasil yang diperoleh menunjukkan ben tuk tu buh ikan jantan lebih ramp ing dibanding ikan bet ina, ikan betina memp unyai rasio panjang standar terhadap tinggi badan sebesar 2,08± 0,117; ikan jantan sebesar 2,26± 0,095. Rasio panjang standar terhadap lebar badan pada ikan jantan adalah 0,95± 0,018 dan ikan betina 1,01± 0,025. Nilai koefisien variasi (CV) rerata seluruh karakter tubuh tergolong rendah, dengan nilai 12,2± 10,73. Karakter C4 (awal sirip dorsal-akhir sirip anal) merupakan karakter nilai CV paling rendah yaitu 3,2% dan karakter D1 (akhir sirip anal-awal sirip ekor bawah) mempunyai nilai CV tertinggi yaitu 43,8%. Berdasarkan karakter meristik dan warna, tidak terdapat perbedaan antara jantan dan betina. Warna ikan tambakan terdiri atas warna punggung hijau keabuan (TC 613), warna operculum hijau keperakan (TC 613), warna perut perak sampai keabuan (TC 521) dan warna gonad kuning oranye (TC 023). KATA KUNCI: tambakan; fenotipe; morfometrik; meristik; warna ABSTRACT: Phenotype performance on male and female from second generation of domesticated kissing gouramy (Helost oma t emminkii Cuvier 1829). By: Otong Zenal Arifin, Wahyulia Cahyanti, Jojo Subagja, and Anang Hari Kristanto Kissing gouramy has pot ent ially t o be cult ivat ed due t o t he abilit y t o adapt on swampy wat ers and has high eggs fecundit y. Research on phenot ype performance of domest icated kissing gouramy was done at t he Instit ut e for Freshwat er Aquacult ure Research and Development , Bogor. The purpose of t his st udy was t o charact erize morphological forms based on t he morphometrics, merist ics, and color of domesticated fish that will be useful in t he aquacult ure management. The dat a were collect ed t hrough observat ion of body shape and genit alia of male and female fish, measurement of body parts, count ing t he number and t he type of fin, linea lat eralis, fish color and t he morphometric measurement . The obt ained result s showed t hat t he body shape of t he male fish was slender t han t hat of t he female fish, t he female fish had a rat io of st andard lengt h t o t he height of 2.08 ± 0.117, male fish of 2.26 ± 0.095. The st andard lengt h rat io t o body widt h in male fish was 0.95 ± 0.018 and female fish was 1.01 ± 0.025. The mean value of coefficient variat ion (CV) of t he whole body charact er was low, wit h value 12,2 ± 10,73. C4 charact er (beginning of dorsal finend of anal fin) was t he lowest charact er of CV value of 3.2%and D1 charact er (final anal fin-bot t om caudal fin) had t he highest CV value of 43.8%. Based on t he merist ic and color charact er t here was no difference between male and female. The dorsal, overculum, vent ral part and mat ured gonad of domesticat ed kissing gouramy fish had gray-green colour (TC 613), silver-green colour (TC 613), silver-gray t o silver colour (TC 521) and orange yellow colour (TC 023) respect ively. KEYW ORDS: kissing gouramy; phenotype; morphometrics; meristics; colour # Ko re sp ond ensi: Balai Rise t Pe rikanan Budid aya Air Tawar dan Pe nyuluhan Pe r ikanan Jl. Se m pur No. 1, Bo gor 16154 , Ind one sia. Te l.: + (0251) 8313200 E-m ail: zenal ar i fi n@ gmai l .com Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 1 Keragaan fenot ipe ikan t ambakan (Helostoma temminkii , Cuvier 1829) ..... (Otong Zenal Arifin) PENDAHULUAN dan rasionya terhadap ukuran panjang standar. Ika n t a m b a ka n t e rm a s u k ke d a la m Ph ylu m Cho rdat a, Class Actino pt e rygii, Ordo Pe rcifo rmes, Subordo Anabantoidei, Family Helostomatidae, Genus Helost oma dan Spesies Helostoma t emminkii (Saanin, 1984). Pada beberapa negara di Asia Tenggara, ikan tambakan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan merupakan komoditas lokal perikanan air tawar yang berpotensi menjadi komoditas unggulan. Efriyeldi & Pulungan (1995) menyatakan bahwa ikan tambakan berpotensi dibudidayakan karena memiliki keunggulan seperti kemampuan adaptasi terhadap perairan dengan kadar o ksige n te rlarut re ndah dan te rgo lo ng ikan dengan nilai fekunditas yang tinggi. Pada penelitian yang dilakukan, ikan tambakan yang digunakan me rupakan ikan hasil dome stikasi yang telah diadaptasi pada kondisi lingkungan budidaya di kolam selama tiga generasi (G0, G1, dan G2), sehingga perlu dilakukan pengukuran morfometrik dan meristik secara kuantitatif yang menggambarkan bentuk dan kelengkapan bagian tubuh serta ciri-ciri jantan dan betina, yang berguna dalam memudahkan pengelolaan pembenihan dan budidaya selanjutnya. Karakterisasi yan g d ila kuka n m e lipu t i be n t u k m o rfo lo gi ika n tambakan jantan dan betina berdasarkan ciri-ciri primer dan sekunder, rasio panjang standar terhadap ukuran t ubuh se rt a rasio ukuran tubuh t erhadap panjang standar dan panjang kepala, penghitungan meristik ikan jantan dan betina, pengukuran 21 karakter ukuran bagian tubuh, serta penentuan warna standar. Tujuan dari pe ne litian ini adalah unt uk me nde skripsikan karakte r ciri primer dan sekunder ikan jantan dan betina, bentuk morfologi ikan tambakan berdasarkan morfometrik, meristik dan warna ikan tambakan hasil domestikasi. Karakter morfometrik telah lama digunakan untuk me ngukur jarak dan hubungan kekerabat an dalam pengkategorian variasi dalam taksonomi seperti telah dilakukan pada ikan mas (Cyprinus carpio) (Ariyanto & Imron, 2008), ikan nila (Oreochromis nilot icus) (Nuryadi et al., 2008), ikan semah (Tor douronensis) (Arifin et al., 2015), golde n mahsee r (Tor put it ora) (Lange r et al ., 2013), ikan gurami (Setijaningsih et al ., 2007), ikan pelangi boesemani (M elanot aenia boesemani ), pelangi merah abnormal (Glossolepis incisus) (Afini et al., 2014), dan udang jerbung (Fenneropenaeus mergueiensis de Man) (Kusrini et al ., 2008). Me rist ik merupakan ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu dari tubuh ikan yang dapat d ig u n a k a n u n t u k m e n gg a m b a rka n ke t e ra n g a n ke t e ra nga n s pe s ie s ika n , a t a u d igu na kan u n t u k identifikasi spesies yang belum diketahui. Ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu dari tubuh ikan meliputi jumlah sirip, perumusan jari-jari sirip, sisik, dan insang (Rahardjo et al ., 2010). Bagian-bagian tubuh ikan yang biasanya dihitung berkaitan dengan jumlah bagian tubuh dari ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung (Affandi et al ., 1992). Pe ngukuran morfometrik dan jumlah meristik dianggap sebagai metode paling mudah dan otentik untuk identifikasi spesimen yang disebut sebagai sistematika morfologi (Langer et al ., 2013). Kajian morfometrik dan meristik ikan tambakan telah dilakukan oleh Tarigan (2013) terhadap ikan liar hasil tangkapan dari rawa Bawang Juyeuw, daerah aliran Sungai Tulang Bawang Provinsi Lampung yang lebih me nit ikbe rat kan pada mo rfome t rik pe rbandingan ukuran rata-rata panjang baku, panjang total, dan tinggi badan. Kajian yang dilakukan Muryat i et al. (2016) terhadap ikan liar hasil tangkapan di Rawa Banjiran Desa Be ncah Ke lubi yang berasal dari DAS Sungai Tap un g Kiri, Riau d e n ga n m e n it ikb e rat kan p ad a karakteristik meristik dan morfometrik bagian tubuh 2 METODOLOGI Ikan uji yang digunakan merupakan Generasi Kedua (G2) ikan tambakan pro gram domestikasi, de ngan sumber genetik awal berasal dari populasi Jawa Barat. Ke gia t a n d ila k u k a n d i Ba la i Pe n e lit ia n d a n Pengembangan Budidaya Air Tawar Bogor. Pem bedaan jant an bet ina berdasarkan ciri prim er dan sekunder Pembedaan jantan dan betina dilakukan dengan cara me ngama t i ciri ge nit al. Pe ngam at an me lalui pengambilan contoh telur menggunakan kateter dan stripping sperma dilakukan secara manual serta dengan mengamati ciri bentuk tubuh. Pengukuran mor fometrik bagian t ubuh ikan jantan dan bet ina Pe n g u k u r a n m o r fo m e t r ik d ila k u k a n u n t u k membedakan bentuk tubuh ikan jantan dan betina. Pengukuran dilakukan terhadap 30 ekor ikan terdiri atas 15 e ko r ikan jantan dan 15 e ko r ikan bet ina berukuran rerata panjang standar 10,78± 0,470 cm. Ukuran tubuh yang diukur meliputi; panjang kepala (PK), panjang standar (PS), panjang total (PT), lingkar badan (LB), tinggi badan (TB), diameter mata (DM), jarak ant ara bo la mata (JBM), jarak dada ke ujung moncong (JDM), dan jarak antara sirip perut ke ujung m o n co n g (JPM). Uku ra n b a d a n ya n g d ip e ro le h kemudian dianalisis untuk mendapat kan nilai rasio ukuran terhadap ukuran tubuh lainnya. Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 Media Akuakult ur, 12 (1), 2017, 1-9 Keragaman ukuran tubuh ikan dilakukan dengan mengukur 21 titik karakter bagian tubuh ikan (Gambar 1) dengan deskripsi masing-masing karakter tertera pada Tabel 2. Ikan diletakkan di atas kertas yang telah dilapisi plastik bening. Masing-masing titik karakter tubuh ikan ditandai dengan menggunakan jarum. Hasil p e n a n d a a n t e r s e b u t k e m u d ia n d ih u b u n gk a n menggunakan pensil dan diukur menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,01mm. Pengukuran Karakter M eristik Pe n ghit unga n ja ri-ja ri s irip dan line a la t e ra lis dilakukan pada ikan tambakan dewasa. Jumlah ikan yang diuku r se ba nyak 30 e ko r. Pe ngu kuran yang d ila ku ka n m e lip u t i p e n g h it u n ga n ju m la h s ir ip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip dubur, sirip ekor dan linea lateralis. Sirip-sirip tersebut tersusun atas jari-jari sirip yang bersifat keras, lemah, dan lemah mengeras. Tiap jenis sirip memiliki semua jenis jarijari sirip tersebut atau hanya sebagian saja. Sirip ikan dihitung berdasarkan jenis jari-jari sirip yang hanya sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh spesies ikan, yaitu, 1) Jari-jari sirip keras, merupakan jari-jari sirip yang tidak berbuku-buku dan keras. 2) Jari-jari sirip lemah, merupakan jari-jari sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan berbuku-buku dan 3) Jari-jari sirip lemah mengeras, merupakan jari-jari sirip yang keras tetapi berbuku-buku. Dat a yang dipe role h dihit ung nilai re ra t a , ko e fis ie n va riasi, da n st an da r de vias in ya k e m u d ia n d it a b u la s ik a n . Ha s il p e n gu k u ra n morfometrik dan meristik digunakan untuk analisis perbandingan karakter. Pengukuran Warna Pengujian dilakukan pada ikan tambakan dewasa berukuran bobot 17,9± 3,59 g. Jumlah ikan yang diukur sebanyak 10 ekor dengan membandingkan warna ikan dengan warna standar menggunakan TOCA color finder . Warna yang dibandingkan pada bagian punggung, bagian dasar pe rut dan go nad mat ang akhir ikan tambakan. HASIL DAN BAHASAN Ciri Seksual Prim er Individu ikan jantan dan betina dapat dibedakan d e n ga n m e m p e rh a t ika n ciri se ks ua l prime r da n sekunder. Ikan tambakan betina mempunyai lubang genital di bagian depan dari genital papila dan berwarna kemerahan, sedangkan ikan tambakan jantan memiliki lubang genital di bagian belakang genital papila yang berwarna pucat. Ikan tambakan betina memiliki bentuk tubuh membulat, pada kondisi matang gonad bentuk tubuh lebih gemuk dan bila diraba terasa lunak. Induk jantan memiliki bent uk t ubuh lebih ramping, pada kondisi matang gonad bila bagian perut ditekan akan m e n g e lu a r ka n ca ir a n s p e r m a b e r w a r n a p u t ih (Gambar 2). Jenis kelamin suatu individu ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan (Silverin et al ., 2000). Kedua faktor te rsebut akan bekerja secara sinergis untuk menentukan ekspresi fenotipe suatu karakter. Pada kebanyakan ikan air t awar, sexual dimor phism induk jantan dan betina mudah dibedakan. Pada ikan lele (Clarias sp.), ikan baung (Hemibagrus nemur us), Gambar 1. Pengukuran dan penentuan titik morfometrik ikan tambakan. Figure 1. M easuring and det ermining t he kissing gouramy morphomet ric point . Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 3 Keragaan fenot ipe ikan t ambakan (Helostoma temminkii , Cuvier 1829) ..... (Otong Zenal Arifin) A B C D Gambar 2. a. Ikan tambakan betina, b. Ikan tambakan jantan, c. Bentuk genital ikan betina dan jantan. d. Tubuh induk bila bagian perut ditekan akan keluar telur dan sperma. Figure 2. a. Female kissing gur ame, b. M ale kissing gurame, c. Female and male genit al, d. broodst ock abdomen part , when it is pressed, t he eggs and sperm come out . dan ikan nila (Oreochromis sp.), ikan jantan memiliki alat kelamin meruncing dengan warna putih bersih, sedangkan pada induk betina alat kelamin membulat dan be r warna ke me rahan. Ikan mo la (silve r carp, Hypopht halmicht hys molit rix) dan ikan koan (grass carp, Ct enoparingodon idella), perbe daannya t erlihat pada bentuk tubuh dan permukaan sirip dada, ikan jantan memiliki bentuk badan relatif lebih langsing dengan sirip dada bagian atas kasar sedangkan pada betina h a lu s . Ik a n m a s (Cypr i n us car pi o ) d a n g u ra m e perbedaannya tampak pada bentuk tubuh, ikan jantan memiliki bentuk tubuh ramping memanjang sedangkan pada ikan betina bentuk tubuh lebih membulat. Ikan p a t in ( Pa ng a si u s s p .) p e r b e d a a n t e r lih a t p a d a keberadaan sperma, ikan jantan akan mengeluarkan sperma bila bagian perut diurut. Pada kebanyakan ikan hias perbedaan tampak pada warna (sexual dichromat ism ) (Djarijah, 1995). Menurut Abu-Hakima (1988), ciri induk betina secara umum yaitu memiliki bentuk tubuh yang lebih gemuk, lubang genital terletak di de pan ge nit al papilla, yang sudah mat ang go nad perutnya berbentuk membulat dan lunak, genital papilla mengembang dan berwarna kemerahan, lubang a nu s m e le b ar d a n m e n o njo l. Pa d a in d uk ja n t a n tubuhnya lebih langsing dan lubang genital terletak di belakang genital papilla, apabila sudah matang gonad perutnya jika ditekan akan mengeluarkan cairan sperma be rwarna put ih, tubuh tet ap ramping dan kadangkadang pada kepala terjadi perubahan kulit. 4 Karakter mor fom etrik Ukuran tubuh adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan. Hasil pengukuran panjang standar ikan bet ina dan jantan hampir sama, yaitu 10,83± 0,552 cm dan 10,72± 0,394 cm. Rerata bentuk tubuh jantan lebih ramping dibanding ikan betina, ikan be tina mempunyai rasio panjang standar t erhadap tinggi badan berkisar 2,08± 0,117; sedangkan pada ikan jantan adalah sebesar 2,26± 0,095. Terdapat perbedaan bentuk tubuh antara ikan jantan dengan ikan betina, terutama pada rasio panjang standar terhadap lebar badan (0,95± 0,018 be rbanding 1,01± 0,025) dan kebalikannya yaitu rasio lebar badan terhadap panjang standar (104,90± 1,925 berbanding 99,16± 2,499) (Tabel 1). Muryati et al. (2016) mendapatkan hasil persentase antara tinggi badan terhadap panjang standar pada ikan tambakan dari alam dengan nilai berkisar antara 6047%pada ikan jantan dan berkisar antara 61-36%pada ikan be t ina, le bih t inggi nilainya dibanding pada penelitian ini (44,22± 1,769 dan 48,17± 2,650). Tarigan (2013) memperoleh perbandingan rata-rata panjang baku terhadap rata-rata tinggi badan adalah 2,01; lebih rendah dibanding pada penelitian ini yang sebesar 2,08± 0,117 pada ikan betina dan 2,26± 0,095 pada ikan jantan. Perbedaan yang terjadi dapat disebabkan oleh perbedaan sumber ikan koleksi, yaitu ikan berasal dari alam perairan daerah Sumatera (Riau dan Lampung) Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 Media Akuakult ur, 12 (1), 2017, 1-9 Tabel 1. Deskripsi hasil pengukuran karakter morfometrikikan tambakan jantan dan betina Table 1. Descript ion of measurement morphomet ric charact ers male and female kissing gouramy Sat uan Param et er (Parameter s ) Unit Nilai (Value ) Bet ina (Female ) Jant an (M ale ) (N= 15) (N= 15) 3.43± 0.206 3.43± 0.200 Ukuran Badan (UB) a Panjang kepala (Lengt h of head ) (PK) cm b Panjang standar (Standard lengt h ) (PS) cm 10.83± 0.552 10.72± 0.394 c Panjang total (Total lengt h ) (PT) cm 13.84± 0.519 13.67± 0.741 d Lingkar badan (Body circumf erence ) (LB) cm 11.85± 0.495 11.60± 0.849 e Tinggi badan (Body height ) (TB) cm 5.21± 0.260 4.74± 0.250 f cm 0.86± 0.084 0.89± 0.088 cm 1.88± 0.148 1.80± 0.156 cm 4.68± 0.096 4.70± 0.100 cm 4.98± 0.126 5.00± 0.173 a Rasio PS:TB (PS:TB rat io ) 2.08± 0.117 2.26± 0.095 b Rasio PS:PK (PS:PK rat io ) 3.16± 0.182 3.13± 0.138 c Rasio PS:LB (PS:LB rat io ) 0.95± 0.018 1.01± 0.025 31.70± 1.803 31.99± 1.387 g h i Diameter mata (Eye diamet er ) (DM) Jarak antara bola mata Dist ance between the eyeballs (JBM) Jarak dada ke ujung moncong Dist ance of pect oral f in t o tip of mouth (JDM) Jarak antara sir ip per ut ke ujung moncong Dist ance between the abdominal f in t o the tip of t he mouth (JPM) Rasio PS t erhadap UB (PS ratio to UB ) Rasio UB t erhadap PS (UB r atio to PS ) a Rasio PK:PS (PK:PS rat io ) % b Rasio TB: PS (TB:PS ratio ) % 48.17± 2.650 44.22± 1.769 c Rasio LB:PS (LB:PS rat io ) % 104.90± 1.925 99.16± 2.499 d Rasio JDM:PS (JDM :PS rat io ) % 41.13± 1.585 40.89± 1.873 e Rasio JPM: PS (JPM :PS rat io ) % 34.79± 0.306 35.66± 1.595 a Rasio DM:PK (DM :PK ratio ) % 25.10± 2.388 26.05± 3.132 b Rasio JBM:PK (JBM :PK rat io ) % 54.81± 2.909 52.42± 2.322 Rasio ukuran badan t erhadap PK (UB r atio to PK ) dan ikan hasil domestikasi dengan sumber genetik awal berasal dari Jawa Barat. Selain itu, perbedaan nilai dapat disebabkan terjadinya perubahan bentuk tubuh ant ara ikan yang be rasal dari alam dan ikan hasil budidaya, akibat kondisi lingkungan budidaya dan ketersediaan pakan. Nilai rerata koefisien variasi (CV) seluruh karakter ikan tambakan yang diuji tergolong cukup rendah, yaitu se be sar 12,2± 10,73%, hal ini diduga kare na ikan t a m b a ka n ya n g d igu n a ka n d a la m p e n e lit ia n in i me rupakan populasi dalam ke giat an do me st ikasi, se hingga sangat dimungkinkan t erjadi penurunan k e ra g a m a n ge n e t ik d a r i ge n e ra s i k e ge n e ra s i dikare nakan adanya inbr eeding akibat t erbat asnya jumlah induk yang dipijahkan dalam pembentukan generasi, yaitu 15 pasang pada pembentukan G1 dan 50 pasang pada pembentukan G2. Karakter C4 (awal sirip do rsa l-akhir sirip anal) me rupakan kara kt e r simpangan baku yang sangat rendah yait u sebesar 0,71± 0,023 dengan nilai ko efisien variasi sebesar 3,2%; hal ini menunjukkan bahwa karakter ini memiliki variasi ukuran yang sangat re ndah ant ar individu, dibanding karakter ukuran yang lain. Karakter D1 (akhir sirip anal-awal sirip ekor bawah) mempunyai koefisien korelasi dan simpangan baku tertinggi yaitu sebesar 0,05± 0,021 dengan nilai ko efisien variasi sebesar 43,8% (Tabel 2). Wedemeyer (2001), mengemukakan bahwa fe no t ipe me rupakan hasil int e raksi ant ara genotip dan lingkungan serta merupakan bentuk luar atau sifat yang tampak. Variasi yang terdapat untuk tiap-tiap karakter fenotipe bersifat tetap. Rendahnya va r ia s i u k u r a n m e r u p a ka n in d ik a s i r e n d a h n ya keragaman genetik. Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 5 Keragaan fenot ipe ikan t ambakan (Helostoma temminkii , Cuvier 1829) ..... (Otong Zenal Arifin) Tabel 2. Keragaman rasio ukuran bagian tubuh ikan tambakan Table 2. Variat ionof kissing gouramy body size rat io Kode (Code) A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B3 B4 B5 B6 C1 C3 C4 C5 C6 D1 D3 D4 D5 D6 Deskripsi Jarak (Distance descr iption ) Ujung oper culum bawah – ujung mulut Bot tom tip Operculum - mout h tip Ujung oper culum bawah – sir ip ventral Bot tom operculum tip – vent ral fin Ujung oper culum bawah – atas mata Bot tom operculum tip – upper eye Ujung mulut – sir ip ventr al M outh t ip – vent ral f in Ujung mulut – atas mata M outh t ip – upper eye Sir ip ventral – atas mata Vent ral f ins – upper eye Sir ip Ventr al – awal sir ip anal Vent ral f ins – upper eye Sir ip Ventr al – awal sir ip dor sal Vent ral f ins – ant erior dorsal fins Atas mata – awal sirip anal Upper eye – ant erior anal fins Atas mata – awal sirip dor sal Upper eye – ant erior dorsal fins Awal sir ip anal – awal sirip dor sal Ant erior anal f ins – ant erior dorsal f ins Awal sir ip anal – akhir sir ip anal Ant erior anal fins – post erior anal f ins Awal sir ip anal – akhir sir ip dorsal Ant erior anal fin – posterior dorsal fin Awal sir ip dor sal – akhir sir ip anal Ant erior dorsal fins – post erior anal f ins Awal sir ip dor sal – akhir sir ip dor sal Ant erior dorsal fins – post erior dorsal f ins Akhir sirip anal – akhir sir ip dor sal Posterior anal f in – post erior dorsal f ins Akhir sirip anal – awal sir ip ekor bawah Posterior anal f ins – ant erior down caudal f ins Akhir sirip anal – awal sir ip ekor atas Posterior anal f ins – ant erior upper caudal f ins Akhir sirip dor sal – awal sir ip ekor bawah Posterior dorsal f ins – ant erior down caudal f ins Akhir sirip dor sal – awal sir ip ekor atas Posterior dorsal f ins – ant erior upper caudal f ins Awal sir ip ekor bawah – akhir sirip ekor atas Ant erior down caudal f ins – posterior upper caudal f ins Rerat a SDev 0.36 0.027 7.5 0.06 0.016 27.0 0.38 0.018 4.6 0.41 0.032 7.7 0.19 0.022 11.7 0.41 0.018 4.5 0.41 0.037 9.0 0.46 0.029 6.4 0.71 0.027 3.8 0.21 0.015 7.4 0.62 0.023 3.8 0.24 0.029 12.1 0.35 0.016 4.5 0.71 0.023 3.2 0.66 0.033 5.1 0.15 0.014 9.3 0.05 0.021 43.8 0.16 0.028 17.4 0.16 0.026 16.4 0.04 0.013 33.3 0.16 0.027 17.4 Rerata (Average ) Karakter merist ik Pe n guku ran me rist ik yang dilakukan m e lip ut i penghitungan jumlah sirip punggung, sirip dada, sirip pe ru t , sirip d ub ur, s irip e ko r, d an line a lat e ralis (Gambar 3). Hasil analis is pe rbandingan karakt e r 6 CV (%) 12.2± 10.73 meristik pada bagian tubuh ikan jantan dan betina menunjukkan kisaran nilai yang sama (Tabel 3). Sirip punggung dan sirip anal memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekor berbentuk berlekuk tunggal, sement ara sirip dada berjumlah sepasang berbentuk hampir bundar. Kedua sisi tubuhnya terdapat Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 Media Akuakult ur, 12 (1), 2017, 1-9 Tabel 3. Deskripsi karakter meristik ikan tambakan Table 3. Descript ion of kissing gouramy merist ic charact ers Ni lai (Value ) Param et er (Par am eter s ) Bet ina (Female ) Jant an (M ale ) (N= 15) (N= 15) D.XVII-XVIII.14-17 D.XVII-XIX.14-16 b. Sir ip dada (Pectoral f in ) P.12-14 P.11-15 c. Sir ip perut (Vent ral fin ) V.I. 4-5 V.I. 4-5 d. Sir ip dubur (Anal fin ) A.XIII-XVII. 17-19 A.XIII-XVI. 16-19 e. Sir ip ekor (Caudal f in ) C.11-12 C.10-12 a. Bagian atas (Bott om part ) LL.29-37 LL.30-34 b. Bagian bawah (Upper part ) LL.5-10 LL.6-8 Jumlah jar i-jari sir ip (Fin spoke t ot al ) a. Sir ip punggung (Dorsal fin) Linea later alis (LL) (linea lat eralis) gurat sisi, pola garis tipis yang berawal dari pangkal celah insang sampai pangkal sirip ekor. Ha s il p e n gh it u n g a n m e ris t ik p a d a G2 ika n tambakan yang diamati mempunyai nilai hampir sama dengan gambaran yang dikemukakan oleh Muryati et al. (2016), meristik pada sirip-sirip ikan tambakan yaitu D.XVI-XVIII.13-16; A.XIII-XV.17-19; P.10-11; C. 13-16 dan memiliki jumlah sisik di garis rusuk (linea lateralis) 44-48 sisik. Saanin (1984), mengemukakan bahwa ikan tambakan memiliki ciri-ciri permulaan sirip punggung di atas dasar sirip dada, sirip punggung lebih panjang daripada sirip dubur. Sirip perut berjari-jari keras 1 dan 5 yang lemah. Garis rusuk lengkap tapi terputus. Linnea lateralis adalah suatu garis pada tubuh yang dibentuk oleh pori, dapat ditemukan pada ikan yang bersisik maupun tidak bersisik. Be ntuk dan jumlah s isik ya ng m e mb e n t uk lin e a la t e ra lis u m u mn ya b e r va ria s i. Lin e a la t e ra lis p a d a ika n u m u m n ya mempunyai satu buah garis, namun demikian ada ikan yang mempunyai beberapa. Karakter meristik memiliki dasar genetik, namun komponen lingkungan dapat me mo difikasi e ksp re si ka rakt e r t e rse b ut se la ma pe rke mb angan lar va, se hin gga lingkunga n da pat mempengaruhi sifat keturunan (Smith et al ., 2002). Tubuh ikan tambakan berbe nt uk pipih vertikal, memiliki bentuk dan ukuran sirip punggung dan sirip anal hampir serupa. Sirip ekor berbentuk bundar atau me ngarah ce mbung ke luar, sirip dada be rjumlah A B C D E F Gambar 3. Jumlah jari-jari sirip dan linea lateralis (A. Sirip punggung, B. Sirip perut, C. Sirip dada, D. Sirip anal, E. Sirip ekor, F. Linea lateralis). Figure 3. The number of fin raysand linea lat eralis ( A. Dorsal fins, B. Vent ral fins, C. Pect oral fins, D. Anal fins, E. Caudal fins, F. Linea lat eralis). Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 7 Keragaan fenot ipe ikan t ambakan (Helostoma temminkii , Cuvier 1829) ..... (Otong Zenal Arifin) se pas ang be rbe nt uk bund ar. Di ke dua sisi t ubuh terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal celah insang sampai pangkal sirip ekor. Kurang lebih ada sekitar 43-48 sisik yang menyusun gurat sisi tersebut (Aimeri, 2007). Muryati et al. (2016) mengemukakan bahwa ikan tambakan memiliki kepala tumpul dan bersisik, moncong pendek, bentuk mulut terminal, ukuran mulutnya sempit dan berbibir tebal. Tubuh ikan berbent uk pipih tet api tidak mendat ar dimu lai d ari ke pa la hingga ke ba t a ng e ko r at au be rb e nt uk p ipih se cara ve rt ikal. Sirip p unggu ng terletak di belakang kepala bagian anterior badan. Sirip punggung terpisah dengan sirip ekor. Posisi dasar sirip dada miring 45 ° hampir horizontal, terletak di bawah gurat sisi persis di belakang tutup insang. Posisi sirip perut subabdominal, sirip ekor berbentuk bulat dan tunggal dan memiliki 2 gurat sisi pada bagian tubuhnya. Tarigan (2013) me nge mukakan be rdasarkan hasil perbandingan ukuran tubuh, ikan tambakan memiliki b e n t u k t u b u h p ip ih ( com p r essed ) d a n s im e t ris bilateral, memiliki sirip keras pada bagian dorsal, anal, dan ventral. Warna Hasil pengujian pada warna, ikan tambakan yang telah mat ang ke lamin menunjukkan tidak terdapat pe rbe daan warna antara ikan jant an de ngan ikan betina. Secara keseluruhan, ikan tambakan memiliki warna dasar punggung hijau keabuan (TC 613), warna perut perak sampai perak keabuan (TC 521) dan warna g o n a d ku n in g o ra n ye (TC 0 2 3 ), t e r t e r a p a d a Gambar 4. Talwar & Jhingran (1991) mengemukakan bahwa t e rd a p a t d u a je n is ika n t a m b a ka n b e rd a s a rka n warnanya, yaitu ikan tambakan berwarna hijau dan ikan tambakan berwarna pucat atau merah muda. Menurut Amin et al . (2012), warna pada ikan disebabkan oleh adanya sel pigmen atau kro mat ofo r yang t erdapat dalam dermis pada sisik, di luar maupun di bawah s is ik . He w a n a ku a t ik t id a k d a p a t m e n s in t e s is karotenoid dalam tubuhnya dan oleh karena itu harus mendapatkan pigmen ini dari pakan. Storebaken & No (1992) mengemukakan bahwa terdapat beberapa fakto r yang me mpe ngaruhi pigme nt asi pada ikan, antara lain ukuran, umur, perkembangan seksual, dan faktor genetik. Secara genetik, pola warna tubuh ikan juga merupakan fenotipe yang sifatnya diturunkan. Gen yang bertanggung jawab terhadap variasi pola warna pada ikan, adalah gen t yrosinase (Tyr). Gen t yrosinase secara spesifik bertanggung jawab terhadap sintesis enzim tirosinase yang merupakan kunci utama sintesis melanocyt e (Sembiring et al ., 2013). KESIM PULAN Bentuk tubuh generasi kedua (G2) ikan tambakan jantan lebih ramping dibanding ikan betina dengan rasio panjang standar terhadap tinggi badan sebesar 2 ,2 6 ± 0 ,0 9 5 b e rb a n d in g 2 ,0 8 ± 0 ,1 1 7 . Te rd a p a t perbedaan bentuk tubuh antara ikan jantan dengan ikan be t ina, t e rut ama pada rasio panjang st andar terhadap lebar badan dan kebalikannya yaitu rasio lebar ba dan t e rhad ap panjang st anda r (104 ,90± 1,9 25 berbanding 99,16± 2,499). Variasi ukuran tubuh C4 (awal sirip dorsal–akhir sirip anal) tergolong karakter dengan nilai rerata dan simpangan baku serta koefisien variasi paling rendah sedangkan ukuran tubuh D1 (akhir sirip anal–awal sirip ekor bawah) tergolong karakter dengan nilai rerata dan simpangan baku serta koefisien variasi paling tinggi. Berdasarkan karakter meristik dan warna, tidak terdapat perbedaan antara jantan Gambar 4. Warna tubuh dan gonad ikan tambakan berdasarkan standar warna menggunakan TOCA Color (A. Punggung, B. Perut ,dan C. Gonad). Figure 4. 8 The color of kissing gouramy body and gonads based on t he st andard color using TOCA color (A. Dorsal, B. Abdomen, C. Gonads). Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 Media Akuakult ur, 12 (1), 2017, 1-9 dengan betina. Warna ikan tambakan terdiri atas warna punggung hijau ke abuan, warna o ve rculum hijau keperakan, warna perut perak sampai keabuan dan warna gonad kuning oranye. UCAPAN TERIM A KASIH Ucap an t e rim a kas ih d is am pa ika n ke pa da Sri Sundari dan Deni Irawan, atas dedikasi yang tinggi dan pe ran sert anya dalam ke giatan pene lit ian ini. Kegiatan penelitian ini didanai dari DIPA BPPBAT Bogor TA 2015. DAFTAR ACUAN Abu-Hakima, R. (1988). Some aspe ct of the repro duct ive bio lo gy of Acant hopagous spp. (Family Sparidae). Journal Fish Bology, 25(5), 515-526. Affandi, R., Djadja, S.S., Rahardjo, M.F., & Sulistiono. (1992). Ikt iologi, suat u pedoman kerj a laborat orium (p. 344). Intitut Pertanian Bogor, Bogor. Afini, I., Elfidasari, D., Kadarini, T., & Musthofa, S.Z. (2014). Analisis morfometrik dan meristik hasil persilangan ikan pelangi Boesemani (M elanot aenia boesemani ) dan ikan pe langi me rah abn o rm al (Glossolepis incisus). Unnes Journal of Life Science, 3(2), 112-123. Aimeri. (2007). Budidaya ikan di pekarangan (p. 92). Penebar Swadaya, Jakarta. Amin, M.I., Rosidah, & Lili, W. (2012). Peningkat an kecerahan warna udang red cherr y (Neocaridina het eropoda) jantan melalui pemberian astaxanthin dan cant haxant hin dalam pakan. Jur nal Ilmiah Perikanan dan Kelaut an, 3(4), 243-252. Arifin , O.Z., Su b a g ja , J. , & Ha d ie , W. (2 0 1 5 ). Karakteristik biometrik tiga populasi ikan semah (Tor dour onensi s, Va le n cie n n e s , 1 8 4 2 ) d a la m m e n du kun g ko n se r va si s u mb e rd aya ge n e t ik. Jurnal Ikht iologi Indonesia, 15(2), 143-154. Ariyanto , D. & Imro n. (2008). Analisis keragaman mo rfo met rik dan genetik pada st rain ikan mas (Cyprinus carpio). Jurnal Perikanan, 10(1), 53-63. Djarijah, A.S. (1995). Nila mer ah, pembeni han dan p em b esa r an seca r a i n t en si f (p . 8 7 ). Kanisius,Yogyakarta. Efriyeldi & Pulungan, C.P. (1995). Hubungan panj ang ber at dan fekundit as ikan t ambakan (Helost oma t emminkii C.V) dari perairan sekit ar Tarat ak Buluh (p . 2 6 ). Pu s a t Pe n e lit ia n Un ive rs it a s Ria u , Pekanbaru. Kusrini, E., Hadie,W., Alimuddin., Sumandinata, K., & Sudrajat , A. (2008). St udi mo rfo me t rik udang jerbung (Fenneropenaeus mergueiensis de Man) dari beberapa populasi di perairan Indo nesia. Jur nal Riset Akuakult ur , 4(1), 15-21. Langer, S., Tripathi, N.K., & Khajuria, B. (2013). Morphometric and meristic study of Golden Mahseer (Tor put it ora) from Jhajjar Stream India. Journal of Animal, Vet erinar y and Fisher y Sciences,1(7), 1–4. Muryati, S., Putra, R.M., & Efizon, D. (2016). A Study o n m o rp ho m e t ric a nd me ris t ic o f Hel ost om a t emmincki from swamp area in the Bencah Kelubi Village, Tapung Kiri Sub-Regency, Kampar Regency, Riau Pro vince. Jur nal Online M ahasiswa Fakult as Perikanan dan Ilmu Kelaut an Universit as Riau , 3(1), 1-10. Nuryadi, Arifin, O.Z., Gustiano, R., & Mulyasari. (2008). Ka rakt e risas i 1 7 famili ikan nila (Or eochr om is nilot icus) generasi ketiga (G-3) berdasarkan metode truss morfometriks. Berit a Biologi , 9(1), 81-89. Rahardjo, M.F., Sjafei, D.S., Affandi, R., & Sulistiono. (2 01 0). Icht yologi (p. 3 95 ). CV Lub uk Agu ng, Bandung. Saanin, H. (1984). Taksonomi dan kunci ident ifikasi ikan (p. 360). Bina Cipta, Jakarta. Sembiring, S.B.M., Setiawati, K.M., Hutapea, J.H., & Subamia, W. (2013). Heredity of band pattern in clo wn fish, amphirio n percula. Jur nal Ilmu dan Teknologi Kelaut an Tropis, 5(2), 343-351. Setijaningsih, L., Arifin, O.Z., & Gustiano, R. (2007). Karakterisasi tiga strain ikan gurame (Osphronemus g ou r a m y La c.) b e r d a s a r ka n m e t o d e t ru s s morfometriks. Jurnal lkt iologi Indonesia, 7(1), 2330. Silverin, B., Baillien, M., Foidart, A., & Balthazart, J. (2000). Distribution of aromatase activity in the brain and peripheraltissues of passerine and nonpasserine avian species. Gen Comp Endocrinol, 117, 34–53. Smit h,P.J., McMillian, P.J., Bull,B., McVe agh, S.M., Gafney, P.M., & Chow, S. (2002). Genetic and meristic variation in black and smooth oreos in the New Zealand Exlusive Economic Zone. New Zealand Journal of M arine and Freshwat er Research, 36, 737750. Storebakken, T. & No, H.K. (1992). Pigmentasi rainbow trout. Aquacult ure, 100, Issues 1–3, 209-229. Talwar, P.K. & Jhingran, A.G. (1991). Inland fishes of India and adj acent count ries (p. 1097). Oxford and IBH Publishing Co. Pvt. Ltd., New Delhi. Tarigan, J. (2013). Kaj ian morfomet rik dan merist ik ikan t embakang (Helostoma temminckii) di rawa Bawang Juyeuw, daerah aliran sungai Tulang Bawang . Skripsi . Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Lampung. We demeye r, G.A. (2001). Fish hat cher y management (p .7 3 3 ). 2 n d e d . Am e rica n Fis h e rie s So cie t y. Bethesda, MD. Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 9