Media Akuakult ur, 12 (1), 2017, 1-9
Tersedia online di: ht t p://ejournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/ma
KERAGAAN FENOTIPE IKAN TAM BAKAN (Helostoma temminkii, Cuvier 1829)
JANTAN DAN BETINA GENERASI KEDUA HASIL DOM ESTIKASI
Otong Zenal Arifin # , Wahyulia Cahyanti, Jojo Subagja, dan Anang Hari Kristanto
Balai Riset Perikanan Bu didaya Air Tawar dan Penyu luhan Pe rikanan
(Naskah dit erima: 8 M ei 2017; Revisi final: 21 Juli 2017; Diset uj ui publikasi: 21 Juli 2017)
ABSTRAK
Ikan tambakan be rpotensi dibudidayakan karena me miliki keunggulan seperti kemam puan beradaptasi
terhadap perairan dengan kadar oksigen terlarut rendah dan tergolong ikan dengan nilai fekunditas yang
tinggi. Penelitian untuk mengetahui keragaan fenotipe ikan tambakan hasil domestikasi telah dilakukan di
Balai Riset Pe rikanan Budidaya Air Tawar dan Pe nyu luh an Perikanan , Bogo r. Tujuan dari pen elitian ini
adalah unt uk mengkarakterisasi bentuk morfologi b erdasarkan morfomet rik, meristik, dan warna yang
berguna dalam pengelolaan pembenihan dan budidaya ikan tambakan. Pengambilan data dilakukan melalui
pengamatan bentuk tubuh dan genitalia ikan jantan dan betina, pengukuran bagian tubuh, penghitungan
jumlah dan jenis jari sirip, linea lateralis, warna ikan dan morfometrik. Hasil yang diperoleh menunjukkan
ben tuk tu buh ikan jantan lebih ramp ing dibanding ikan bet ina, ikan betina memp unyai rasio panjang
standar terhadap tinggi badan sebesar 2,08± 0,117; ikan jantan sebesar 2,26± 0,095. Rasio panjang standar
terhadap lebar badan pada ikan jantan adalah 0,95± 0,018 dan ikan betina 1,01± 0,025. Nilai koefisien
variasi (CV) rerata seluruh karakter tubuh tergolong rendah, dengan nilai 12,2± 10,73. Karakter C4 (awal
sirip dorsal-akhir sirip anal) merupakan karakter nilai CV paling rendah yaitu 3,2% dan karakter D1 (akhir
sirip anal-awal sirip ekor bawah) mempunyai nilai CV tertinggi yaitu 43,8%. Berdasarkan karakter meristik
dan warna, tidak terdapat perbedaan antara jantan dan betina. Warna ikan tambakan terdiri atas warna
punggung hijau keabuan (TC 613), warna operculum hijau keperakan (TC 613), warna perut perak sampai
keabuan (TC 521) dan warna gonad kuning oranye (TC 023).
KATA KUNCI:
tambakan; fenotipe; morfometrik; meristik; warna
ABSTRACT:
Phenotype performance on male and female from second generation of domesticated kissing
gouramy (Helost oma t emminkii Cuvier 1829). By: Otong Zenal Arifin, Wahyulia Cahyanti, Jojo
Subagja, and Anang Hari Kristanto
Kissing gouramy has pot ent ially t o be cult ivat ed due t o t he abilit y t o adapt on swampy wat ers and has high eggs
fecundit y. Research on phenot ype performance of domest icated kissing gouramy was done at t he Instit ut e for Freshwat er
Aquacult ure Research and Development , Bogor. The purpose of t his st udy was t o charact erize morphological forms
based on t he morphometrics, merist ics, and color of domesticated fish that will be useful in t he aquacult ure management.
The dat a were collect ed t hrough observat ion of body shape and genit alia of male and female fish, measurement of
body parts, count ing t he number and t he type of fin, linea lat eralis, fish color and t he morphometric measurement . The
obt ained result s showed t hat t he body shape of t he male fish was slender t han t hat of t he female fish, t he female fish
had a rat io of st andard lengt h t o t he height of 2.08 ± 0.117, male fish of 2.26 ± 0.095. The st andard lengt h rat io
t o body widt h in male fish was 0.95 ± 0.018 and female fish was 1.01 ± 0.025. The mean value of coefficient
variat ion (CV) of t he whole body charact er was low, wit h value 12,2 ± 10,73. C4 charact er (beginning of dorsal finend of anal fin) was t he lowest charact er of CV value of 3.2%and D1 charact er (final anal fin-bot t om caudal fin) had
t he highest CV value of 43.8%. Based on t he merist ic and color charact er t here was no difference between male and
female. The dorsal, overculum, vent ral part and mat ured gonad of domesticat ed kissing gouramy fish had gray-green
colour (TC 613), silver-green colour (TC 613), silver-gray t o silver colour (TC 521) and orange yellow colour (TC 023)
respect ively.
KEYW ORDS:
kissing gouramy; phenotype; morphometrics; meristics; colour
#
Ko re sp ond ensi: Balai Rise t Pe rikanan Budid aya Air Tawar dan
Pe nyuluhan Pe r ikanan
Jl. Se m pur No. 1, Bo gor 16154 , Ind one sia.
Te l.: + (0251) 8313200
E-m ail: zenal ar i fi n@ gmai l .com
Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460
1
Keragaan fenot ipe ikan t ambakan (Helostoma temminkii , Cuvier 1829) ..... (Otong Zenal Arifin)
PENDAHULUAN
dan rasionya terhadap ukuran panjang standar.
Ika n t a m b a ka n t e rm a s u k ke d a la m Ph ylu m
Cho rdat a, Class Actino pt e rygii, Ordo Pe rcifo rmes,
Subordo Anabantoidei, Family Helostomatidae, Genus Helost oma dan Spesies Helostoma t emminkii (Saanin,
1984). Pada beberapa negara di Asia Tenggara, ikan
tambakan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi
dan merupakan komoditas lokal perikanan air tawar
yang berpotensi menjadi komoditas unggulan. Efriyeldi
& Pulungan (1995) menyatakan bahwa ikan tambakan
berpotensi dibudidayakan karena memiliki keunggulan
seperti kemampuan adaptasi terhadap perairan dengan
kadar o ksige n te rlarut re ndah dan te rgo lo ng ikan
dengan nilai fekunditas yang tinggi.
Pada penelitian yang dilakukan, ikan tambakan yang
digunakan me rupakan ikan hasil dome stikasi yang
telah diadaptasi pada kondisi lingkungan budidaya di
kolam selama tiga generasi (G0, G1, dan G2), sehingga
perlu dilakukan pengukuran morfometrik dan meristik
secara kuantitatif yang menggambarkan bentuk dan
kelengkapan bagian tubuh serta ciri-ciri jantan dan
betina, yang berguna dalam memudahkan pengelolaan
pembenihan dan budidaya selanjutnya. Karakterisasi
yan g d ila kuka n m e lipu t i be n t u k m o rfo lo gi ika n
tambakan jantan dan betina berdasarkan ciri-ciri primer
dan sekunder, rasio panjang standar terhadap ukuran
t ubuh se rt a rasio ukuran tubuh t erhadap panjang
standar dan panjang kepala, penghitungan meristik
ikan jantan dan betina, pengukuran 21 karakter ukuran
bagian tubuh, serta penentuan warna standar. Tujuan
dari pe ne litian ini adalah unt uk me nde skripsikan
karakte r ciri primer dan sekunder ikan jantan dan
betina, bentuk morfologi ikan tambakan berdasarkan
morfometrik, meristik dan warna ikan tambakan hasil
domestikasi.
Karakter morfometrik telah lama digunakan untuk
me ngukur jarak dan hubungan kekerabat an dalam
pengkategorian variasi dalam taksonomi seperti telah
dilakukan pada ikan mas (Cyprinus carpio) (Ariyanto &
Imron, 2008), ikan nila (Oreochromis nilot icus) (Nuryadi
et al., 2008), ikan semah (Tor douronensis) (Arifin et al.,
2015), golde n mahsee r (Tor put it ora) (Lange r et al .,
2013), ikan gurami (Setijaningsih et al ., 2007), ikan
pelangi boesemani (M elanot aenia boesemani ), pelangi
merah abnormal (Glossolepis incisus) (Afini et al., 2014),
dan udang jerbung (Fenneropenaeus mergueiensis de Man)
(Kusrini et al ., 2008).
Me rist ik merupakan ciri yang berkaitan dengan
jumlah bagian tertentu dari tubuh ikan yang dapat
d ig u n a k a n u n t u k m e n gg a m b a rka n ke t e ra n g a n ke t e ra nga n s pe s ie s ika n , a t a u d igu na kan u n t u k
identifikasi spesies yang belum diketahui. Ciri yang
berkaitan dengan jumlah bagian tertentu dari tubuh
ikan meliputi jumlah sirip, perumusan jari-jari sirip,
sisik, dan insang (Rahardjo et al ., 2010). Bagian-bagian
tubuh ikan yang biasanya dihitung berkaitan dengan
jumlah bagian tubuh dari ikan, misalnya jumlah sisik
pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada
sirip punggung (Affandi et al ., 1992). Pe ngukuran
morfometrik dan jumlah meristik dianggap sebagai
metode paling mudah dan otentik untuk identifikasi
spesimen yang disebut sebagai sistematika morfologi
(Langer et al ., 2013).
Kajian morfometrik dan meristik ikan tambakan
telah dilakukan oleh Tarigan (2013) terhadap ikan liar
hasil tangkapan dari rawa Bawang Juyeuw, daerah aliran
Sungai Tulang Bawang Provinsi Lampung yang lebih
me nit ikbe rat kan pada mo rfome t rik pe rbandingan
ukuran rata-rata panjang baku, panjang total, dan tinggi
badan. Kajian yang dilakukan Muryat i et al. (2016)
terhadap ikan liar hasil tangkapan di Rawa Banjiran
Desa Be ncah Ke lubi yang berasal dari DAS Sungai
Tap un g Kiri, Riau d e n ga n m e n it ikb e rat kan p ad a
karakteristik meristik dan morfometrik bagian tubuh
2
METODOLOGI
Ikan uji yang digunakan merupakan Generasi Kedua
(G2) ikan tambakan pro gram domestikasi, de ngan
sumber genetik awal berasal dari populasi Jawa Barat.
Ke gia t a n d ila k u k a n d i Ba la i Pe n e lit ia n d a n
Pengembangan Budidaya Air Tawar Bogor.
Pem bedaan jant an bet ina berdasarkan ciri
prim er dan sekunder
Pembedaan jantan dan betina dilakukan dengan
cara me ngama t i ciri ge nit al. Pe ngam at an me lalui
pengambilan contoh telur menggunakan kateter dan
stripping sperma dilakukan secara manual serta dengan
mengamati ciri bentuk tubuh.
Pengukuran mor fometrik bagian t ubuh ikan
jantan dan bet ina
Pe n g u k u r a n m o r fo m e t r ik d ila k u k a n u n t u k
membedakan bentuk tubuh ikan jantan dan betina.
Pengukuran dilakukan terhadap 30 ekor ikan terdiri
atas 15 e ko r ikan jantan dan 15 e ko r ikan bet ina
berukuran rerata panjang standar 10,78± 0,470 cm.
Ukuran tubuh yang diukur meliputi; panjang kepala
(PK), panjang standar (PS), panjang total (PT), lingkar
badan (LB), tinggi badan (TB), diameter mata (DM),
jarak ant ara bo la mata (JBM), jarak dada ke ujung
moncong (JDM), dan jarak antara sirip perut ke ujung
m o n co n g (JPM). Uku ra n b a d a n ya n g d ip e ro le h
kemudian dianalisis untuk mendapat kan nilai rasio
ukuran terhadap ukuran tubuh lainnya.
Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460
Media Akuakult ur, 12 (1), 2017, 1-9
Keragaman ukuran tubuh ikan dilakukan dengan
mengukur 21 titik karakter bagian tubuh ikan (Gambar
1) dengan deskripsi masing-masing karakter tertera
pada Tabel 2. Ikan diletakkan di atas kertas yang telah
dilapisi plastik bening. Masing-masing titik karakter
tubuh ikan ditandai dengan menggunakan jarum. Hasil
p e n a n d a a n t e r s e b u t k e m u d ia n d ih u b u n gk a n
menggunakan pensil dan diukur menggunakan jangka
sorong dengan ketelitian 0,01mm.
Pengukuran Karakter M eristik
Pe n ghit unga n ja ri-ja ri s irip dan line a la t e ra lis
dilakukan pada ikan tambakan dewasa. Jumlah ikan
yang diuku r se ba nyak 30 e ko r. Pe ngu kuran yang
d ila ku ka n m e lip u t i p e n g h it u n ga n ju m la h s ir ip
punggung, sirip dada, sirip perut, sirip dubur, sirip
ekor dan linea lateralis. Sirip-sirip tersebut tersusun
atas jari-jari sirip yang bersifat keras, lemah, dan lemah
mengeras. Tiap jenis sirip memiliki semua jenis jarijari sirip tersebut atau hanya sebagian saja. Sirip ikan
dihitung berdasarkan jenis jari-jari sirip yang hanya
sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh spesies ikan,
yaitu, 1) Jari-jari sirip keras, merupakan jari-jari sirip
yang tidak berbuku-buku dan keras. 2) Jari-jari sirip
lemah, merupakan jari-jari sirip yang dapat ditekuk,
lemah, dan berbuku-buku dan 3) Jari-jari sirip lemah
mengeras, merupakan jari-jari sirip yang keras tetapi
berbuku-buku. Dat a yang dipe role h dihit ung nilai
re ra t a , ko e fis ie n va riasi, da n st an da r de vias in ya
k e m u d ia n d it a b u la s ik a n . Ha s il p e n gu k u ra n
morfometrik dan meristik digunakan untuk analisis
perbandingan karakter.
Pengukuran Warna
Pengujian dilakukan pada ikan tambakan dewasa
berukuran bobot 17,9± 3,59 g. Jumlah ikan yang diukur
sebanyak 10 ekor dengan membandingkan warna ikan
dengan warna standar menggunakan TOCA color finder .
Warna yang dibandingkan pada bagian punggung,
bagian dasar pe rut dan go nad mat ang akhir ikan
tambakan.
HASIL DAN BAHASAN
Ciri Seksual Prim er
Individu ikan jantan dan betina dapat dibedakan
d e n ga n m e m p e rh a t ika n ciri se ks ua l prime r da n
sekunder. Ikan tambakan betina mempunyai lubang
genital di bagian depan dari genital papila dan berwarna
kemerahan, sedangkan ikan tambakan jantan memiliki
lubang genital di bagian belakang genital papila yang
berwarna pucat. Ikan tambakan betina memiliki bentuk
tubuh membulat, pada kondisi matang gonad bentuk
tubuh lebih gemuk dan bila diraba terasa lunak. Induk
jantan memiliki bent uk t ubuh lebih ramping, pada
kondisi matang gonad bila bagian perut ditekan akan
m e n g e lu a r ka n ca ir a n s p e r m a b e r w a r n a p u t ih
(Gambar 2).
Jenis kelamin suatu individu ditentukan oleh faktor
genetik dan faktor lingkungan (Silverin et al ., 2000).
Kedua faktor te rsebut akan bekerja secara sinergis
untuk menentukan ekspresi fenotipe suatu karakter.
Pada kebanyakan ikan air t awar, sexual dimor phism
induk jantan dan betina mudah dibedakan. Pada ikan
lele (Clarias sp.), ikan baung (Hemibagrus nemur us),
Gambar 1. Pengukuran dan penentuan titik morfometrik ikan tambakan.
Figure 1.
M easuring and det ermining t he kissing gouramy morphomet ric point .
Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460
3
Keragaan fenot ipe ikan t ambakan (Helostoma temminkii , Cuvier 1829) ..... (Otong Zenal Arifin)
A
B
C
D
Gambar 2. a. Ikan tambakan betina, b. Ikan tambakan jantan, c. Bentuk genital ikan betina
dan jantan. d. Tubuh induk bila bagian perut ditekan akan keluar telur dan sperma.
Figure 2.
a. Female kissing gur ame, b. M ale kissing gurame, c. Female and male genit al,
d. broodst ock abdomen part , when it is pressed, t he eggs and sperm come out .
dan ikan nila (Oreochromis sp.), ikan jantan memiliki
alat kelamin meruncing dengan warna putih bersih,
sedangkan pada induk betina alat kelamin membulat
dan be r warna ke me rahan. Ikan mo la (silve r carp,
Hypopht halmicht hys molit rix) dan ikan koan (grass carp,
Ct enoparingodon idella), perbe daannya t erlihat pada
bentuk tubuh dan permukaan sirip dada, ikan jantan
memiliki bentuk badan relatif lebih langsing dengan
sirip dada bagian atas kasar sedangkan pada betina
h a lu s . Ik a n m a s (Cypr i n us car pi o ) d a n g u ra m e
perbedaannya tampak pada bentuk tubuh, ikan jantan
memiliki bentuk tubuh ramping memanjang sedangkan
pada ikan betina bentuk tubuh lebih membulat. Ikan
p a t in ( Pa ng a si u s s p .) p e r b e d a a n t e r lih a t p a d a
keberadaan sperma, ikan jantan akan mengeluarkan
sperma bila bagian perut diurut. Pada kebanyakan
ikan hias perbedaan tampak pada warna (sexual dichromat ism ) (Djarijah, 1995). Menurut Abu-Hakima (1988),
ciri induk betina secara umum yaitu memiliki bentuk
tubuh yang lebih gemuk, lubang genital terletak di
de pan ge nit al papilla, yang sudah mat ang go nad
perutnya berbentuk membulat dan lunak, genital papilla mengembang dan berwarna kemerahan, lubang
a nu s m e le b ar d a n m e n o njo l. Pa d a in d uk ja n t a n
tubuhnya lebih langsing dan lubang genital terletak di
belakang genital papilla, apabila sudah matang gonad
perutnya jika ditekan akan mengeluarkan cairan sperma
be rwarna put ih, tubuh tet ap ramping dan kadangkadang pada kepala terjadi perubahan kulit.
4
Karakter mor fom etrik
Ukuran tubuh adalah ukuran bagian-bagian tertentu
dari struktur tubuh ikan. Hasil pengukuran panjang
standar ikan bet ina dan jantan hampir sama, yaitu
10,83± 0,552 cm dan 10,72± 0,394 cm. Rerata bentuk
tubuh jantan lebih ramping dibanding ikan betina, ikan
be tina mempunyai rasio panjang standar t erhadap
tinggi badan berkisar 2,08± 0,117; sedangkan pada ikan
jantan adalah sebesar 2,26± 0,095. Terdapat perbedaan
bentuk tubuh antara ikan jantan dengan ikan betina,
terutama pada rasio panjang standar terhadap lebar
badan (0,95± 0,018 be rbanding 1,01± 0,025) dan
kebalikannya yaitu rasio lebar badan terhadap panjang
standar (104,90± 1,925 berbanding 99,16± 2,499)
(Tabel 1).
Muryati et al. (2016) mendapatkan hasil persentase
antara tinggi badan terhadap panjang standar pada ikan
tambakan dari alam dengan nilai berkisar antara 6047%pada ikan jantan dan berkisar antara 61-36%pada
ikan be t ina, le bih t inggi nilainya dibanding pada
penelitian ini (44,22± 1,769 dan 48,17± 2,650). Tarigan
(2013) memperoleh perbandingan rata-rata panjang
baku terhadap rata-rata tinggi badan adalah 2,01; lebih
rendah dibanding pada penelitian ini yang sebesar
2,08± 0,117 pada ikan betina dan 2,26± 0,095 pada
ikan jantan. Perbedaan yang terjadi dapat disebabkan
oleh perbedaan sumber ikan koleksi, yaitu ikan berasal
dari alam perairan daerah Sumatera (Riau dan Lampung)
Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460
Media Akuakult ur, 12 (1), 2017, 1-9
Tabel 1. Deskripsi hasil pengukuran karakter morfometrikikan tambakan jantan dan betina
Table 1.
Descript ion of measurement morphomet ric charact ers male and female kissing gouramy
Sat uan
Param et er (Parameter s )
Unit
Nilai (Value )
Bet ina (Female )
Jant an (M ale )
(N= 15)
(N= 15)
3.43± 0.206
3.43± 0.200
Ukuran Badan (UB)
a Panjang kepala (Lengt h of head ) (PK)
cm
b Panjang standar (Standard lengt h ) (PS)
cm
10.83± 0.552
10.72± 0.394
c Panjang total (Total lengt h ) (PT)
cm
13.84± 0.519
13.67± 0.741
d Lingkar badan (Body circumf erence ) (LB)
cm
11.85± 0.495
11.60± 0.849
e Tinggi badan (Body height ) (TB)
cm
5.21± 0.260
4.74± 0.250
f
cm
0.86± 0.084
0.89± 0.088
cm
1.88± 0.148
1.80± 0.156
cm
4.68± 0.096
4.70± 0.100
cm
4.98± 0.126
5.00± 0.173
a Rasio PS:TB (PS:TB rat io )
2.08± 0.117
2.26± 0.095
b Rasio PS:PK (PS:PK rat io )
3.16± 0.182
3.13± 0.138
c Rasio PS:LB (PS:LB rat io )
0.95± 0.018
1.01± 0.025
31.70± 1.803
31.99± 1.387
g
h
i
Diameter mata (Eye diamet er ) (DM)
Jarak antara bola mata
Dist ance between the eyeballs (JBM)
Jarak dada ke ujung moncong
Dist ance of pect oral f in t o tip of mouth (JDM)
Jarak antara sir ip per ut ke ujung moncong
Dist ance between the abdominal f in t o the tip of t he mouth (JPM)
Rasio PS t erhadap UB (PS ratio to UB )
Rasio UB t erhadap PS (UB r atio to PS )
a Rasio PK:PS (PK:PS rat io )
%
b Rasio TB: PS (TB:PS ratio )
%
48.17± 2.650
44.22± 1.769
c Rasio LB:PS (LB:PS rat io )
%
104.90± 1.925
99.16± 2.499
d Rasio JDM:PS (JDM :PS rat io )
%
41.13± 1.585
40.89± 1.873
e Rasio JPM: PS (JPM :PS rat io )
%
34.79± 0.306
35.66± 1.595
a Rasio DM:PK (DM :PK ratio )
%
25.10± 2.388
26.05± 3.132
b Rasio JBM:PK (JBM :PK rat io )
%
54.81± 2.909
52.42± 2.322
Rasio ukuran badan t erhadap PK (UB r atio to PK )
dan ikan hasil domestikasi dengan sumber genetik
awal berasal dari Jawa Barat. Selain itu, perbedaan nilai
dapat disebabkan terjadinya perubahan bentuk tubuh
ant ara ikan yang be rasal dari alam dan ikan hasil
budidaya, akibat kondisi lingkungan budidaya dan
ketersediaan pakan.
Nilai rerata koefisien variasi (CV) seluruh karakter
ikan tambakan yang diuji tergolong cukup rendah, yaitu
se be sar 12,2± 10,73%, hal ini diduga kare na ikan
t a m b a ka n ya n g d igu n a ka n d a la m p e n e lit ia n in i
me rupakan populasi dalam ke giat an do me st ikasi,
se hingga sangat dimungkinkan t erjadi penurunan
k e ra g a m a n ge n e t ik d a r i ge n e ra s i k e ge n e ra s i
dikare nakan adanya inbr eeding akibat t erbat asnya
jumlah induk yang dipijahkan dalam pembentukan
generasi, yaitu 15 pasang pada pembentukan G1 dan
50 pasang pada pembentukan G2. Karakter C4 (awal
sirip do rsa l-akhir sirip anal) me rupakan kara kt e r
simpangan baku yang sangat rendah yait u sebesar
0,71± 0,023 dengan nilai ko efisien variasi sebesar
3,2%; hal ini menunjukkan bahwa karakter ini memiliki
variasi ukuran yang sangat re ndah ant ar individu,
dibanding karakter ukuran yang lain. Karakter D1 (akhir
sirip anal-awal sirip ekor bawah) mempunyai koefisien
korelasi dan simpangan baku tertinggi yaitu sebesar
0,05± 0,021 dengan nilai ko efisien variasi sebesar
43,8% (Tabel 2). Wedemeyer (2001), mengemukakan
bahwa fe no t ipe me rupakan hasil int e raksi ant ara
genotip dan lingkungan serta merupakan bentuk luar
atau sifat yang tampak. Variasi yang terdapat untuk
tiap-tiap karakter fenotipe bersifat tetap. Rendahnya
va r ia s i u k u r a n m e r u p a ka n in d ik a s i r e n d a h n ya
keragaman genetik.
Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460
5
Keragaan fenot ipe ikan t ambakan (Helostoma temminkii , Cuvier 1829) ..... (Otong Zenal Arifin)
Tabel 2. Keragaman rasio ukuran bagian tubuh ikan tambakan
Table 2.
Variat ionof kissing gouramy body size rat io
Kode (Code)
A1
A2
A3
A4
A5
A6
B1
B3
B4
B5
B6
C1
C3
C4
C5
C6
D1
D3
D4
D5
D6
Deskripsi Jarak (Distance descr iption )
Ujung oper culum bawah – ujung mulut
Bot tom tip Operculum - mout h tip
Ujung oper culum bawah – sir ip ventral
Bot tom operculum tip – vent ral fin
Ujung oper culum bawah – atas mata
Bot tom operculum tip – upper eye
Ujung mulut – sir ip ventr al
M outh t ip – vent ral f in
Ujung mulut – atas mata
M outh t ip – upper eye
Sir ip ventral – atas mata
Vent ral f ins – upper eye
Sir ip Ventr al – awal sir ip anal
Vent ral f ins – upper eye
Sir ip Ventr al – awal sir ip dor sal
Vent ral f ins – ant erior dorsal fins
Atas mata – awal sirip anal
Upper eye – ant erior anal fins
Atas mata – awal sirip dor sal
Upper eye – ant erior dorsal fins
Awal sir ip anal – awal sirip dor sal
Ant erior anal f ins – ant erior dorsal f ins
Awal sir ip anal – akhir sir ip anal
Ant erior anal fins – post erior anal f ins
Awal sir ip anal – akhir sir ip dorsal
Ant erior anal fin – posterior dorsal fin
Awal sir ip dor sal – akhir sir ip anal
Ant erior dorsal fins – post erior anal f ins
Awal sir ip dor sal – akhir sir ip dor sal
Ant erior dorsal fins – post erior dorsal f ins
Akhir sirip anal – akhir sir ip dor sal
Posterior anal f in – post erior dorsal f ins
Akhir sirip anal – awal sir ip ekor bawah
Posterior anal f ins – ant erior down caudal f ins
Akhir sirip anal – awal sir ip ekor atas
Posterior anal f ins – ant erior upper caudal f ins
Akhir sirip dor sal – awal sir ip ekor bawah
Posterior dorsal f ins – ant erior down caudal f ins
Akhir sirip dor sal – awal sir ip ekor atas
Posterior dorsal f ins – ant erior upper caudal f ins
Awal sir ip ekor bawah – akhir sirip ekor atas
Ant erior down caudal f ins – posterior upper caudal f ins
Rerat a SDev
0.36
0.027
7.5
0.06
0.016
27.0
0.38
0.018
4.6
0.41
0.032
7.7
0.19
0.022
11.7
0.41
0.018
4.5
0.41
0.037
9.0
0.46
0.029
6.4
0.71
0.027
3.8
0.21
0.015
7.4
0.62
0.023
3.8
0.24
0.029
12.1
0.35
0.016
4.5
0.71
0.023
3.2
0.66
0.033
5.1
0.15
0.014
9.3
0.05
0.021
43.8
0.16
0.028
17.4
0.16
0.026
16.4
0.04
0.013
33.3
0.16
0.027
17.4
Rerata (Average )
Karakter merist ik
Pe n guku ran me rist ik yang dilakukan m e lip ut i
penghitungan jumlah sirip punggung, sirip dada, sirip
pe ru t , sirip d ub ur, s irip e ko r, d an line a lat e ralis
(Gambar 3). Hasil analis is pe rbandingan karakt e r
6
CV (%)
12.2± 10.73
meristik pada bagian tubuh ikan jantan dan betina
menunjukkan kisaran nilai yang sama (Tabel 3). Sirip
punggung dan sirip anal memiliki bentuk dan ukuran
yang hampir serupa. Sirip ekor berbentuk berlekuk
tunggal, sement ara sirip dada berjumlah sepasang
berbentuk hampir bundar. Kedua sisi tubuhnya terdapat
Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460
Media Akuakult ur, 12 (1), 2017, 1-9
Tabel 3. Deskripsi karakter meristik ikan tambakan
Table 3. Descript ion of kissing gouramy merist ic charact ers
Ni lai (Value )
Param et er (Par am eter s )
Bet ina (Female )
Jant an (M ale )
(N= 15)
(N= 15)
D.XVII-XVIII.14-17
D.XVII-XIX.14-16
b. Sir ip dada (Pectoral f in )
P.12-14
P.11-15
c. Sir ip perut (Vent ral fin )
V.I. 4-5
V.I. 4-5
d. Sir ip dubur (Anal fin )
A.XIII-XVII. 17-19
A.XIII-XVI. 16-19
e. Sir ip ekor (Caudal f in )
C.11-12
C.10-12
a. Bagian atas (Bott om part )
LL.29-37
LL.30-34
b. Bagian bawah (Upper part )
LL.5-10
LL.6-8
Jumlah jar i-jari sir ip (Fin spoke t ot al )
a. Sir ip punggung (Dorsal fin)
Linea later alis (LL) (linea lat eralis)
gurat sisi, pola garis tipis yang berawal dari pangkal
celah insang sampai pangkal sirip ekor.
Ha s il p e n gh it u n g a n m e ris t ik p a d a G2 ika n
tambakan yang diamati mempunyai nilai hampir sama
dengan gambaran yang dikemukakan oleh Muryati et
al. (2016), meristik pada sirip-sirip ikan tambakan yaitu
D.XVI-XVIII.13-16; A.XIII-XV.17-19; P.10-11; C. 13-16
dan memiliki jumlah sisik di garis rusuk (linea lateralis)
44-48 sisik. Saanin (1984), mengemukakan bahwa ikan
tambakan memiliki ciri-ciri permulaan sirip punggung
di atas dasar sirip dada, sirip punggung lebih panjang
daripada sirip dubur. Sirip perut berjari-jari keras 1
dan 5 yang lemah. Garis rusuk lengkap tapi terputus.
Linnea lateralis adalah suatu garis pada tubuh yang
dibentuk oleh pori, dapat ditemukan pada ikan yang
bersisik maupun tidak bersisik. Be ntuk dan jumlah
s isik ya ng m e mb e n t uk lin e a la t e ra lis u m u mn ya
b e r va ria s i. Lin e a la t e ra lis p a d a ika n u m u m n ya
mempunyai satu buah garis, namun demikian ada ikan
yang mempunyai beberapa. Karakter meristik memiliki
dasar genetik, namun komponen lingkungan dapat
me mo difikasi e ksp re si ka rakt e r t e rse b ut se la ma
pe rke mb angan lar va, se hin gga lingkunga n da pat
mempengaruhi sifat keturunan (Smith et al ., 2002).
Tubuh ikan tambakan berbe nt uk pipih vertikal,
memiliki bentuk dan ukuran sirip punggung dan sirip
anal hampir serupa. Sirip ekor berbentuk bundar atau
me ngarah ce mbung ke luar, sirip dada be rjumlah
A
B
C
D
E
F
Gambar 3. Jumlah jari-jari sirip dan linea lateralis (A. Sirip punggung, B. Sirip perut, C. Sirip
dada, D. Sirip anal, E. Sirip ekor, F. Linea lateralis).
Figure 3.
The number of fin raysand linea lat eralis ( A. Dorsal fins, B. Vent ral fins, C. Pect oral
fins, D. Anal fins, E. Caudal fins, F. Linea lat eralis).
Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460
7
Keragaan fenot ipe ikan t ambakan (Helostoma temminkii , Cuvier 1829) ..... (Otong Zenal Arifin)
se pas ang be rbe nt uk bund ar. Di ke dua sisi t ubuh
terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal
dari pangkal celah insang sampai pangkal sirip ekor.
Kurang lebih ada sekitar 43-48 sisik yang menyusun
gurat sisi tersebut (Aimeri, 2007). Muryati et al. (2016)
mengemukakan bahwa ikan tambakan memiliki kepala
tumpul dan bersisik, moncong pendek, bentuk mulut
terminal, ukuran mulutnya sempit dan berbibir tebal.
Tubuh ikan berbent uk pipih tet api tidak mendat ar
dimu lai d ari ke pa la hingga ke ba t a ng e ko r at au
be rb e nt uk p ipih se cara ve rt ikal. Sirip p unggu ng
terletak di belakang kepala bagian anterior badan. Sirip
punggung terpisah dengan sirip ekor. Posisi dasar sirip
dada miring 45 ° hampir horizontal, terletak di bawah
gurat sisi persis di belakang tutup insang. Posisi sirip
perut subabdominal, sirip ekor berbentuk bulat dan
tunggal dan memiliki 2 gurat sisi pada bagian tubuhnya.
Tarigan (2013) me nge mukakan be rdasarkan hasil
perbandingan ukuran tubuh, ikan tambakan memiliki
b e n t u k t u b u h p ip ih ( com p r essed ) d a n s im e t ris
bilateral, memiliki sirip keras pada bagian dorsal, anal,
dan ventral.
Warna
Hasil pengujian pada warna, ikan tambakan yang
telah mat ang ke lamin menunjukkan tidak terdapat
pe rbe daan warna antara ikan jant an de ngan ikan
betina. Secara keseluruhan, ikan tambakan memiliki
warna dasar punggung hijau keabuan (TC 613), warna
perut perak sampai perak keabuan (TC 521) dan warna
g o n a d ku n in g o ra n ye (TC 0 2 3 ), t e r t e r a p a d a
Gambar 4.
Talwar & Jhingran (1991) mengemukakan bahwa
t e rd a p a t d u a je n is ika n t a m b a ka n b e rd a s a rka n
warnanya, yaitu ikan tambakan berwarna hijau dan ikan
tambakan berwarna pucat atau merah muda. Menurut
Amin et al . (2012), warna pada ikan disebabkan oleh
adanya sel pigmen atau kro mat ofo r yang t erdapat
dalam dermis pada sisik, di luar maupun di bawah
s is ik . He w a n a ku a t ik t id a k d a p a t m e n s in t e s is
karotenoid dalam tubuhnya dan oleh karena itu harus
mendapatkan pigmen ini dari pakan. Storebaken &
No (1992) mengemukakan bahwa terdapat beberapa
fakto r yang me mpe ngaruhi pigme nt asi pada ikan,
antara lain ukuran, umur, perkembangan seksual, dan
faktor genetik. Secara genetik, pola warna tubuh ikan
juga merupakan fenotipe yang sifatnya diturunkan. Gen
yang bertanggung jawab terhadap variasi pola warna
pada ikan, adalah gen t yrosinase (Tyr). Gen t yrosinase
secara spesifik bertanggung jawab terhadap sintesis
enzim tirosinase yang merupakan kunci utama sintesis
melanocyt e (Sembiring et al ., 2013).
KESIM PULAN
Bentuk tubuh generasi kedua (G2) ikan tambakan
jantan lebih ramping dibanding ikan betina dengan
rasio panjang standar terhadap tinggi badan sebesar
2 ,2 6 ± 0 ,0 9 5 b e rb a n d in g 2 ,0 8 ± 0 ,1 1 7 . Te rd a p a t
perbedaan bentuk tubuh antara ikan jantan dengan
ikan be t ina, t e rut ama pada rasio panjang st andar
terhadap lebar badan dan kebalikannya yaitu rasio lebar
ba dan t e rhad ap panjang st anda r (104 ,90± 1,9 25
berbanding 99,16± 2,499). Variasi ukuran tubuh C4
(awal sirip dorsal–akhir sirip anal) tergolong karakter
dengan nilai rerata dan simpangan baku serta koefisien
variasi paling rendah sedangkan ukuran tubuh D1 (akhir
sirip anal–awal sirip ekor bawah) tergolong karakter
dengan nilai rerata dan simpangan baku serta koefisien
variasi paling tinggi. Berdasarkan karakter meristik
dan warna, tidak terdapat perbedaan antara jantan
Gambar 4. Warna tubuh dan gonad ikan tambakan berdasarkan standar warna menggunakan
TOCA Color (A. Punggung, B. Perut ,dan C. Gonad).
Figure 4.
8
The color of kissing gouramy body and gonads based on t he st andard color using
TOCA color (A. Dorsal, B. Abdomen, C. Gonads).
Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460
Media Akuakult ur, 12 (1), 2017, 1-9
dengan betina. Warna ikan tambakan terdiri atas warna
punggung hijau ke abuan, warna o ve rculum hijau
keperakan, warna perut perak sampai keabuan dan
warna gonad kuning oranye.
UCAPAN TERIM A KASIH
Ucap an t e rim a kas ih d is am pa ika n ke pa da Sri
Sundari dan Deni Irawan, atas dedikasi yang tinggi
dan pe ran sert anya dalam ke giatan pene lit ian ini.
Kegiatan penelitian ini didanai dari DIPA BPPBAT Bogor
TA 2015.
DAFTAR ACUAN
Abu-Hakima, R. (1988). Some aspe ct of the repro duct ive bio lo gy of Acant hopagous spp. (Family
Sparidae). Journal Fish Bology, 25(5), 515-526.
Affandi, R., Djadja, S.S., Rahardjo, M.F., & Sulistiono.
(1992). Ikt iologi, suat u pedoman kerj a laborat orium
(p. 344). Intitut Pertanian Bogor, Bogor.
Afini, I., Elfidasari, D., Kadarini, T., & Musthofa, S.Z.
(2014). Analisis morfometrik dan meristik hasil
persilangan ikan pelangi Boesemani (M elanot aenia
boesemani ) dan ikan pe langi me rah abn o rm al
(Glossolepis incisus). Unnes Journal of Life Science, 3(2),
112-123.
Aimeri. (2007). Budidaya ikan di pekarangan (p. 92).
Penebar Swadaya, Jakarta.
Amin, M.I., Rosidah, & Lili, W. (2012). Peningkat an
kecerahan warna udang red cherr y (Neocaridina
het eropoda) jantan melalui pemberian astaxanthin
dan cant haxant hin dalam pakan. Jur nal Ilmiah
Perikanan dan Kelaut an, 3(4), 243-252.
Arifin , O.Z., Su b a g ja , J. , & Ha d ie , W. (2 0 1 5 ).
Karakteristik biometrik tiga populasi ikan semah
(Tor dour onensi s, Va le n cie n n e s , 1 8 4 2 ) d a la m
m e n du kun g ko n se r va si s u mb e rd aya ge n e t ik.
Jurnal Ikht iologi Indonesia, 15(2), 143-154.
Ariyanto , D. & Imro n. (2008). Analisis keragaman
mo rfo met rik dan genetik pada st rain ikan mas
(Cyprinus carpio). Jurnal Perikanan, 10(1), 53-63.
Djarijah, A.S. (1995). Nila mer ah, pembeni han dan
p em b esa r an
seca r a
i n t en si f
(p .
8 7 ).
Kanisius,Yogyakarta.
Efriyeldi & Pulungan, C.P. (1995). Hubungan panj ang
ber at dan fekundit as ikan t ambakan (Helost oma
t emminkii C.V) dari perairan sekit ar Tarat ak Buluh
(p . 2 6 ). Pu s a t Pe n e lit ia n Un ive rs it a s Ria u ,
Pekanbaru.
Kusrini, E., Hadie,W., Alimuddin., Sumandinata, K., &
Sudrajat , A. (2008). St udi mo rfo me t rik udang
jerbung (Fenneropenaeus mergueiensis de Man) dari
beberapa populasi di perairan Indo nesia. Jur nal
Riset Akuakult ur , 4(1), 15-21.
Langer, S., Tripathi, N.K., & Khajuria, B. (2013). Morphometric and meristic study of Golden Mahseer
(Tor put it ora) from Jhajjar Stream India. Journal of
Animal, Vet erinar y and Fisher y Sciences,1(7), 1–4.
Muryati, S., Putra, R.M., & Efizon, D. (2016). A Study
o n m o rp ho m e t ric a nd me ris t ic o f Hel ost om a
t emmincki from swamp area in the Bencah Kelubi
Village, Tapung Kiri Sub-Regency, Kampar Regency,
Riau Pro vince. Jur nal Online M ahasiswa Fakult as
Perikanan dan Ilmu Kelaut an Universit as Riau , 3(1),
1-10.
Nuryadi, Arifin, O.Z., Gustiano, R., & Mulyasari. (2008).
Ka rakt e risas i 1 7 famili ikan nila (Or eochr om is
nilot icus) generasi ketiga (G-3) berdasarkan metode
truss morfometriks. Berit a Biologi , 9(1), 81-89.
Rahardjo, M.F., Sjafei, D.S., Affandi, R., & Sulistiono.
(2 01 0). Icht yologi (p. 3 95 ). CV Lub uk Agu ng,
Bandung.
Saanin, H. (1984). Taksonomi dan kunci ident ifikasi ikan
(p. 360). Bina Cipta, Jakarta.
Sembiring, S.B.M., Setiawati, K.M., Hutapea, J.H., &
Subamia, W. (2013). Heredity of band pattern in
clo wn fish, amphirio n percula. Jur nal Ilmu dan
Teknologi Kelaut an Tropis, 5(2), 343-351.
Setijaningsih, L., Arifin, O.Z., & Gustiano, R. (2007).
Karakterisasi tiga strain ikan gurame (Osphronemus
g ou r a m y La c.) b e r d a s a r ka n m e t o d e t ru s s
morfometriks. Jurnal lkt iologi Indonesia, 7(1), 2330.
Silverin, B., Baillien, M., Foidart, A., & Balthazart, J.
(2000). Distribution of aromatase activity in the
brain and peripheraltissues of passerine and nonpasserine avian species. Gen Comp Endocrinol, 117,
34–53.
Smit h,P.J., McMillian, P.J., Bull,B., McVe agh, S.M.,
Gafney, P.M., & Chow, S. (2002). Genetic and meristic variation in black and smooth oreos in the
New Zealand Exlusive Economic Zone. New Zealand
Journal of M arine and Freshwat er Research, 36, 737750.
Storebakken, T. & No, H.K. (1992). Pigmentasi rainbow trout. Aquacult ure, 100, Issues 1–3, 209-229.
Talwar, P.K. & Jhingran, A.G. (1991). Inland fishes of
India and adj acent count ries (p. 1097). Oxford and
IBH Publishing Co. Pvt. Ltd., New Delhi.
Tarigan, J. (2013). Kaj ian morfomet rik dan merist ik ikan
t embakang (Helostoma temminckii) di rawa Bawang
Juyeuw, daerah aliran sungai Tulang Bawang . Skripsi .
Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Lampung.
We demeye r, G.A. (2001). Fish hat cher y management
(p .7 3 3 ). 2 n d e d . Am e rica n Fis h e rie s So cie t y.
Bethesda, MD.
Co pyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460
9